Dahulu, cinta seluas dunia dan sedalam samudra
Sekarang, cinta seluas gedung 36 lantai dan sedalam sakitnya hati rakyat
Jumat, 24 September 2010
Salib Dalam Hati
Ngiikkkk...terdengar bunyi rem sebuah mobil yang berhenti mendadak.
Semua orang berlarian mendekati mobil tersebut. Cahaya matahari pun tertutupi oleh ramainya orang di sekitarku.
Hari sebelumnya, temanku menyuruhku mengambil sebuah kartu yang dijajarkan di atas meja. Ia baru saja mempelajari sebuah ilmu baru yang bagiku hanyalah sebuah permainan. Aku mengambil sebuah kartu dan membukanya sebelum diminta. Terlihat gambar sebuah hati besar berwarna merah. Untung saja bukan hitam. Aku tenang. Temanku tak bicara dan menyuruhku mengambil sebuah kartu lagi. Aku menolaknya. Aku memintanya menjelaskan apa maksud kartu ini. Ia hanya mengatakan bahwa tanda salib di tengah-tengah merahnya hati melambangkan kebahagiaan. Bagus kalau begitu. Aku mulai menyukai permainan ini.
Sekarang, aku baru mengerti. Ini bukan permainan. Kartu itu berbicara. Aku mendapatkan sebuah kebahagiaan di luar batas.
Semua orang berlarian mendekati mobil tersebut. Cahaya matahari pun tertutupi oleh ramainya orang di sekitarku.
Hari sebelumnya, temanku menyuruhku mengambil sebuah kartu yang dijajarkan di atas meja. Ia baru saja mempelajari sebuah ilmu baru yang bagiku hanyalah sebuah permainan. Aku mengambil sebuah kartu dan membukanya sebelum diminta. Terlihat gambar sebuah hati besar berwarna merah. Untung saja bukan hitam. Aku tenang. Temanku tak bicara dan menyuruhku mengambil sebuah kartu lagi. Aku menolaknya. Aku memintanya menjelaskan apa maksud kartu ini. Ia hanya mengatakan bahwa tanda salib di tengah-tengah merahnya hati melambangkan kebahagiaan. Bagus kalau begitu. Aku mulai menyukai permainan ini.
Sekarang, aku baru mengerti. Ini bukan permainan. Kartu itu berbicara. Aku mendapatkan sebuah kebahagiaan di luar batas.
Langganan:
Postingan (Atom)